Notification

×

Iklan

Iklan

"BEM PTMAI Soroti Kekerasan Terhadap Aktivis di Gorontalo: Bentuk Teror Sistematis

14/05/25 | 00:48 WIB Last Updated 2025-05-13T17:48:45Z


 

Gorontalo, 14/05/2025 | Gorontalo kembali diwarnai dengan aksi kekerasan terhadap kebebasan berpendapat. Seorang aktivis mahasiswa menjadi korban penganiayaan oleh orang tak dikenal (OTK) dalam insiden yang memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak.


Ironisnya, peristiwa tersebut terjadi di tengah terus didengungkannya jargon “demokrasi” dan “kebebasan berekspresi”. Namun, kasus kekerasan terhadap aktivis mahasiswa masih terus berulang, dan yang lebih memprihatinkan, seringkali disambut dengan sikap diam dari aparat penegak hukum maupun lembaga negara.


Sekretaris Jenderal Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah se-Indonesia (BEM PTMAI), Farel Novriyanto W. Kahar, mengecam keras tindakan tersebut. Ia menyebut kasus ini bukan sekadar kejahatan kriminal, tetapi merupakan bentuk teror sistematis terhadap kebebasan berekspresi.


"Ini adalah bentuk nyata teror terhadap suara kritis, sebuah pesan kekerasan bahwa siapa pun yang berani bersuara bisa dibungkam dengan cara-cara pengecut. Ketika mahasiswa, yang sejatinya menjadi corong nurani rakyat, diserang secara brutal karena menyuarakan kritik, maka yang diserang bukan hanya individu, tapi juga nilai-nilai demokrasi itu sendiri," tegas Farel dalam pernyataannya, Rabu (14 Mei 2025).


Ia juga menyoroti sikap aparat yang dinilai lamban dan normatif dalam menindaklanjuti kasus ini. Hingga kini, belum ada kejelasan mengenai pelaku maupun motif di balik penganiayaan tersebut.


“Apakah kekerasan terhadap aktivis kini menjadi hal yang dibiarkan? Publik berhak tahu dan aparat wajib menunjukkan keberpihakan pada keadilan, bukan pada pembiaran,” tambah Farel.


Kondisi ini, lanjutnya, memperlihatkan bahwa ruang kebebasan sipil di Gorontalo dan bahkan Indonesia secara umum kian menyempit. Saat kritik dibalas intimidasi, keberanian dibalas kekerasan, dan keadilan dibalas pembiaran, maka sudah saatnya publik bertanya: apakah demokrasi kita sedang mengalami kemunduran?


BEM PTMAI mendesak agar aparat penegak hukum segera mengusut tuntas kasus ini, menangkap dan mengadili pelaku, serta menjamin tidak terulangnya kekerasan terhadap aktivis. “Dan kepada pemerintah, diam Anda adalah bentuk persetujuan. Maka bersuaralah, bertindaklah jika benar negara ini masih berpihak pada keadilan dan kemanusiaan,” tutup Farel.


×
Berita Terbaru Update